Bersama 5 Negara Lain, UR Teken MoU Riset Halal dengan UIA Malaysia

unri.ac.id – Wakil Rektor IV Universitas Riau Prof Dr Mashadi MSi, Sabtu (5/11) malam, menandatangani nota kesepahaman (MoU) di bidang riset dan manajemen halal dengan Universiti Islam Antarbangsa (UIA) Malaysia. Penandatanganan naskah kerjasama itu dilakukan langsung oleh Rektor UIA Prof Dato’ Sri Dr Zaleha Kamarudin, di Lantai 5 Gedung Rektorat UIA, Kualalumpur. Acara itu dihadiri sekitar 100 akademisi, pelaku bisnis dan peminat lainnya.
 
Lembaga negara lain yang ikut menandatangani MoU tersebut ialah tiga universitas di Korea Selatan, Brunei Darussalam dan Maldives. Sedangkan dua lembaga lainnya ialah  Pergas Investment Holdings Pte Ltd dari Singapura, dan SBRO Online Security Solutions dari Rusia. Pergas ialah institusi pendidikan yang dibangun oleh guru agama Islam di Negeri Singa itu, sedangkan SBRO ialah perusahaan browser internet halal.
 
Menurut Prof Dato’ Sri Dr Zaleha, lingkup kerjasama ini meliputi Program Akademik Halal, Riset Halal, Pelatihan Halal, dan Ekonomi Syariah. Dalam kaitan ini, pihak UIA yang dalam lima tahun terakhir ini sudah mapan dalam bidang riset dan pelatihan halal di bebeberapa negara, siap menularkannya kepada perguruan tinggi lain termasuk Universitas Riau. Antara lain dalam bidang pendidikan pascasarjana bidang halal, riset bersama bidang halal, memberikan training tentang halal, dan kajian ekonomi syariah.
 
Dalam kaitan ini, pihak Lembaga Riset dan Training Halal Internasional (INHART) milik UIA siap berbagi pengalalaman, melakukan riset bersama, memberikan training, baik di UIA sendiri atau datang ke universitas negara yang bekerjasama. “Kita siap untuk itu,” kata Rektor UIA.
 
Direktur INHART UIA Prof Dr Irwandi Jaswir MSc menjelaskan, industri halal saat ini berkembang pesat di dunia. Dan memiliki potensi bisnis ratusan milyar pertahun. Tidak hanya di sektor makanan dan kosmetik, tapi juga di bidang jasa perhotelan, penerbangan dan pelabuhan. Negara-negara pengekspor makanan dalam kemasan seperti Cina, Korea dan Jepang kini menyadari pentingnya label halal untuk produk yang diekspornya ke negeri Muslim seperti Indonesia dan Timur Tengah. Begitu juga negara Eropa pengekspor kosmetik.
 
image2

Prof. Dr. Mashadi, M.Si dan Rektor UIA
Saat ini, banyak hotel di dunia minta diaudit untuk menentukan tingkat rating ‘Moslem Friendly‘-nya, yakni sejauh mana layanan hotel tersebut bersahabat dengan konsumen hotel beragama Islam. Makin banyak fasilitas untuk kaum Muslim di hotel tersebut, makin tinggi pula rating ‘Moslem Friendly‘-nya.
 
Bahkan kontainer yang akan membawa makanan ke negara-negara Arab pun mensyaratkan harus disamak dulu dengan tanah, untuk membebaskannya dari najis haram. “Sekarang ada perusahaan internasional penyamak kontainer. Adapula perusahaan yang menjual tanah di swalaya-swalayan untuk menyamak besar benda haram,” cerita Prof Irwandi.
 
Jadi peluang perguruan tinggi melakukan riset, pengembangan akademik dan pelatihan dalam bidang halal ini sangat besar. Di Indonesia hal ini tak mungkin melibatkan MUI sendiri. “Perguruan tinggi harus mengambil peranan,” katanya.
 
Dia menambahkan, riset tentang halal di tingkat universitas tidak terbatas hanya pada soal ilmu pangan atau biokimia. Tapi juga bisa dikembangkan pada bidang hukum, teknik, informatika, biologi, tanah dan sebagainya. “Perusahaan IT dari Rusia yang bekerjasama dengan UIA malam ini adalah perusahaan browser internet halal. Pemiliknya bahkan non-Muslim. Mereka mau membuat mesin pencari data semacam Google, namun khusus untuk yang berkaitan dengan halal,” pungkasnya.
 
Wakil Rektor UR Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Sistem Informasi Prof. Dr. Mashadi, M.Si didampingi Prof Kirmizi Ritonga dan Ir Ridar Hendri MSi, sangat mengapresiasi penekanan MoU ini. “Kita akan segera tindak lanjuti dengan program action. Sebab riset halal ini sangat prospektif bagi pengembangan Universitas Riau ke depan. Apalagi universitas ini berada di Tanah Melayu yang identik dengan Islam. Kita harus segera ambil peranan,” katanya. (RH)