www.unri.ac.id – Pada tanggal 6 hingga 7 November 2013 dilangsungkan acara Seminar Nasional dan Internasional Perikanan dan Kelautan (International Seminar of Fisheries and Marine 2013) yang bertempat di Hotel Premiere Pekanbaru. Seminar tahunan ini adalah kali kedua dilaksanakan dimana pembahasan makalah akan dilakukan dua hari hingga hari Kamis (7/11). Sedangkan Jumat esoknya, peserta akan melakukan kunjungan lapangan ke kawasan budidaya ikan PLTA Kotopanjang dan Kampung Patin Koto Mesjid, keduanya di Kabupaten Kampar.
Tampil sebagai Keynote Speaker adalah Dr. Ir. I Nyoman Suyasa, MS selaku Direktur Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan RI mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan RI. Dalam pidatonya, beliau mengungkapkan bahwa perikanan tangkap di Indonesia mengalami stagnasi karena potensi ikan yang ada sudah mengalami over eksploitasi. Namun demikian harapan masih ada pada sektor budidaya ikan, terutama budidaya ikan laut (marine culture).
”Hampir 77 persen perikanan laut sulit dikembangkan. Kondisi ini sama dengan perkembangan yang terjadi di dunia. Meski begitu kami terus melakukan upaya optimal bagaimana mensiasati kondisi yang ada. Langkah yang ditempuh antara lain mengoptimalkan sumberdaya perikanan dan kelautan, meningkatkan daya tambah dan daya saing produk perikanan melalui produktivitas dan daya saing, serta memelihara daya dukung dan kualitas sumberdaya kelautan dan perikanan.” Beliau menambahkan.
Seminar dibuka oleh Pembantu Rektor I UR, Prof Dr Aras Mulyadi MSc dan turut dihadiri Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UR Prof. Dr. Ir. Bustari Hasan, M.Sc. Seminar internasional yang ditaja 2 hari ini menghadirkan enam pakar asing dalam bidang perikanan dan kelautan yang tampil sebagai pembicara. Keenam pakar asing tersebut masing-masing Dr. Dominik Kneer (Jerman), Dr. Kanjana Payooha (Thailand), Prof. Dr. NM. A Holmgren dan N. Norrstrom (Swedia), Prof. Dr. Sharr Azni Harmin (Malaysia), serta Prof Dr. Pasi Lehmusluoto (Finlandia). Peserta yang hadir mencapai 103 orang.
Pembahasan makalah akan dilakukan dua hari hingga hari Kamis Tanggal 7 November 2013. Sedangkan Jumat esoknya, peserta akan melakukan kunjungan lapangan ke kawasan budidaya ikan PLTA Kotopanjang dan Kampung Patin Koto Mesjid, keduanya di Kabupaten Kampar.
Menurut Ketua Panitia Seminar yakni Dr. Ir. Deni Efizon MSi yang turut didampingi Humas Ir. Ridar Hendri M.Kom, keenam pakar itu akan memaparkan lima makalah. Dominik Kneer akan memaparkan “Dinamika Padanglamun pada Ekosistem Terumbu Karang yang Beragam di Daerah Tropis”, Holmgren dan Norrstrom menyajikan “Teori Aturan Kuota Perikanan Bayesian”. Sementara Kanjana dan Lamkom menampilkan “Kumpulan Makanan Ikan-ikan Kecil yg Dipelihara dalam Tangki Tertutup di Thailand”, Lehmusloto mempresentasikan “Sustainability of Blue Economy Requires Ecosystem-Based Management of Green, Blue and Red Water and Fish Stocks”, serta SharrAzni akan mempresentasikan “Pembangunan Akuakultur: Status, Prospek dan Tantangan ke Depan”. Selain kelima makalah itu, seminar bertema “Mengelola Sumberdaya Akuatik Menuju Revolusi Biru”, ini juga menampilkan 103 makalah lainnya. Sebanyak 50 makalah bertaraf internasional, selebihnya 53 makalah nasional. Sebagian besar (80 persen) dari paper tersebut merupakan makalah lengkap (full paper) yang akan disajikan langsung. Sedangkan sisanya merupakan abstrak (ringkasan).
Sedangkan Pakar dari Riau yang akan tampil adalah Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi MSc (Kadis Kelautan dan Perikanan) dan Prof. Dr. Ir. Yusni Ikhwan Siregar MSc (Guru Besar Faperika Unri). Turut tampil pakar nasional luar Riau yang datang dari Universitas Hasanuddin, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, Universitas Pajajaran, Universitas Sriwijaya, Institut Pertanian Bogor, Universitas Bung Hatta (Padang), dan Universitas Malikulsaleh (Aceh).
Sebagai salah satu negara besar di Asia, Indonesia dipandang sangat strategis. Sampai saat ini, lebih 50 persen penduduk dunia ada di Asia dan Australia. Ini berarti konsumen dan produser ikannya cukup besar. Bahkan 70 persen ikan tangkapan dunia berasal dari Asia. Sehingga seminar mengenai perikanan dan kelautan ini dipandang penting, bukan hanya dari segi sharing ideas para pakar tetapi juga dalam segi implementasi ide dan ilmu untuk pengembangan budidaya air lokal dan nasional. ** (Hizra BPTIK/Ridar Hendri)