Mahasiswi Teknik Ciptakan Bahan Baku Pembuatan Bahan Bakar Roket

www.unri.ac.id. Melihat pertumbuhan industri sawit di Indonesia berpotensi menghasilakan nitroselulosa sangat tinggi dan Riau merupakan perkebunan sawit terluas di Indonesia, 2,25 juta hektare, Medonna Febrina Putri, Dita Permata Sari, Adisty Caesari dan Gilda Miranda mahasiswi Teknik Universitas Riau (UR) tergerak untuk memanfaatkan potensi yang tersedia di bidang tumbuhan sawit ini.

Medonna bersama rekan tim penelitiannya, sampai saat ini melihat minimnya penggunaan pelepah sawit di Riau. Pelepah dianggap limbah dan sering dibakar. Padahal, pelepah sawit mengandung selulosa yang apabila diolah berpeluang menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis, salah satunya nitroselulosa.

Adisty Caesari, Medonna Febrina Putri, Dita Permata Sari berfoto bersama seusai melakukan simulasi pengujian limbah sawit (FOTO; RABIT-HUMAS UR)
Adisty Caesari Medonna Febrina Putri Dita Permata Sari berfoto bersama seusai melakukan simulasi pengujian limbah sawit FOTO RABIT HUMAS UR

Nitroselulosa, akan menghasilkan turunan propelan yang merupakan bahan baku pembuatan bahan bakar Roket. Nitroselulosa akan terbentuk, apabila kadar Selulosa-α > 92%. Untuk mendapatkan kadar tersebut, maka perlu dilakukan alternatif proses pemurnian dengan menggunakan enzim xylanase agar mendapatkan kemurnian Selulosa-α yang lebih tinggi dan tidak berdampak terhadap pencemaran lingkungan.

“Selama ini kebutuhan propelan ini selalu diimpor dari India dan Indonesia belum mampu produksi sendiri,” ungkap Medonna, mahasiswi teknik UR ini menjelaskan.

Lebih lanjut Dona menjelaskan, proses pemurnian dilakukan dengan variasi suhu 50,60 dan 700C, volume enzim 1,2 dan 3 ml, PH pada 4,5 dan 6 serta waktu 60,90 dan 120 menit. Dari penelitian ini didapatkan kemurnian selulosa tertinggi terdapat pada PH6, suhu 600C, volume enzim 3 ml dan waktu selama 90 yaitu mencapai 97,55 persen.

“Melihat potensi pelepah sawit yang dihasilkan di Propinsi Riau hingga mencapai 14,2 juta ton per hektare dalam satu tahun ini. Kami merasa tergerak untuk membuat produk yang dapat bermanfaat dan bernilai ekonomis bagi masyarakat.” Ungkap dona menutup perbincangan. (Wendi-Humas UR/ BPTIK UR). ***