Kunci Penyelesaian Permasalahan Pengelolaan DAS di Daerah Riau

unri.ac.id “Akibat dari penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS), maka akan dapat berdampak pada intensitas terjadinya banjir, tanah longsor, erosi, sedimentasi dan kekeringan. Lebih lanjut, akibat dari dari penurunan kualitas DAS ini, juga berdampak pada terganggunya perekonomian dan tata kehidupan masyarakat.” Demikian yang disampaikan Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA, Rektor Universitas Riau (UR) saat membuka seminar Nasional pengelolaan daerah aliran sungai secara terpadu,” Senin (27/11) di Aula Hotel Premiere Pekanbaru.

Kegiatan yang ditaja Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UR ini membahas tentang implementasi pengendalian kerusakan daerah tangkap air sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan ekosistem. “Terbukti bahwa kerusakan DAS saat ini, banjir yang terjadi di kota-kota semakin bertambah. Yang kita ketahui semakin banyak insinyur, profesor tentang sumber daya air tapi banjirnya semakin besar. Itu salah siapa adalah salah kita semua. Tidak ada keterpaduan antar sektor itulah penyebabnya. Permasalahan ini sudah merata. Di Riau sediri, ada empat sugai besar pengelolaan  DAS ini secara terpadu,” jelas Guru Besar Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan UR ini mengungkapkan.

“Yang kita ketahui, dulu empat sungai yang ada di Propinsi Riau sangat berperan penting bagi daerah bersangkutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan disini, seperti perdagangan dan lain-lain yang terjaga ekosistemnya, tetapi sekarang sudah berubah menjadi rusak. Berbagi aktivas dilakukan di aliran air tersebut, seperti perkebunan dan ada juga kegiatan penambangan emas ilegal yang berlangsung lama dan mengakibatkan percemaran ekosistem yang sangat memeperhatikan,” ungkap Rektor.

IMG_8524

Sumber : HUMAS Universitas Riau

IMG_8496
 

“DAS terdiri dari tiga komponen yaitu sungai, sempadan sungai dan kawasan sungai. Pada kawasan sungai banyak tangan yang menangani dari tata ruang, arsitektur dan institusi lain. Dulu banjir terjadi di sungai dataran rendah, tetapi sekarang ini banjir juga terjadi di lahan dataran tinggi. Jadi memang permasalahan pengelolaan DAS kita ini sangat komplek. Harapan kita, melalui seminar nasional ini, bisa menjadi media kebersamaan dan harmonisasi antar instansi pengelola DAS, karena hanya dengan kebersamaan dan harmonisasilah permasalahan pengelolaan DAS bisa diselesaikan,” jelas Rektor.

Lebih lanjut, Aras, menyampaikan pertemuan ini juga dapat menjadi wadah dalam bertukar pikiran tentang pengelolaan sugai secara terpadu, sehingga dapat melahirkan berbagai ide untuk mengatasi permasalahan DAS. “Seminar ini sangat penting karena pembahasan ini sangat jarang dimunculkan. Inilah bukti cinta kita terhadap lingkungan hidup untuk meningkatkan penjagaan lingkungan serta kelesetarian ekosistem,” kata Aras.

Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) se-Indonesia, Dr Dadang Dewata MSi, menyampaikan kondisi empiris DAS mensyaratkan bahwa pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu dan memperhatikan segenap keterkaitan ekologis (ecological linkages) serta keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatannya. “Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, maka DAS memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan. Dewasa ini, permasalahan, peluang dan tantangan pengelolaan DAS bertumpu pada pengelolaan sumberdaya alam di DAS yang melampaui kapasitas atau tidak ramah lingkungan, sehingga mendorong terjadinya konflik kepentingan dan kurang keterpaduan antar sektor serta antar wilayah hulu-hilir. Dengan demikian Pengelolaan DAS tidak bisa lagi melalui pendekatan sektoral, tetapi harus mengedepankan prinsip keterpaduan,” jelas Dadang.

DSC_0385

Sumber : HUMAS Universitas Riau

“Seminar nasional ini mampu menjawab permasalahan pengelolaan DAS, antara lain keterbatasan lahan, kemiskinan dan kelestarian sumberdaya alam. Selain hal tersebut seminar ini bisa memberikan formulasi arah kebijakan pengelolaan DAS di masa yang akan datang, sehingga pengelolaan DAS berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan dukungan IPTEK yang memadai,” terang Dadang.

Pada kesempatan tersebut, terdapat empat orang sebagai keynote speech yaitu Ir Mintarjo MMA  (Direktur Perbenihan Tanaman Hutan Ditjen PDASHL KLHK RI), Prof Dr Ir Widradmaka DAA (Institut Pertanian Bogor), Prof Dr Wery Darta Taifur (Universitas Andalas), dan Prof Dr Almasdi Syahza SE MP (UR).

Dalam rangkaian Seminar Nasional ini, juga dilakukan penandatanganan Nota kesepahaman (MoU) Pembagunan Hutan Serbaguna Muchtar Lutfi antara Universitas Riau dengan Dirjen PDASHL KLHK dan dilanjuti dengan penandatanganan prasasti pembagunan hutan serbaguna Muchtar Lutfi Universitas Riau. (wendi. foto: rizki) ***