unri.ac.id Pola hidup yang kurang sehat, bisa diakibatkan karena makan berlebihan sehingga menyebabkan obesitas dan kurangnya aktivitas fisik. Meningkatnya angka penderita Diabetes Mellitus (DM), mengakibatkan tingginya komplikasi baik komplikasi makrovaskuler jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak atau stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer maupun mikrovaskuler.
Menurut Dr (C) Yesi Hasneli N SKp MNS Peneliti serta dosen Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Riau (UNRI), menyebutkan prevalensi penyakit DM meningkat setiap tahun di Indonesia. Pola hidup merupakan penyebab terbesar terjadinya penyakit DM. Diperkirakan 50 persen penyandang DM belum terdiagnosis di Indonesia. Selain itu hanya dua pertiga yang terdiagnosis yang menjalani pengobatan baik non farmakologis maupun farmakologis, dan yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiga yang terkendali dengan baik.
“Di kota Pekanbaru, penderita DM meningkat setiap tahunnya. Data dari bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bulan Januari sampai Desember 2017 didapatkan bahwa penyakit DM berada pada peringkat ke-3 setelah ISPA dan hipertensi dari 10 besar kunjungan kasus penyakit tidak menular di puskesmas se-Kota Pekanbaru tahun 2017 dengan jumlah 19.093 orang,” ungkap Yesi, Rabu (27/10/2021).
Dari hal tersebut, komplikasi DM sebenarnya dapat dicegah dengan kontrol glikemik yang optimal. Namun, di Indonesia belum tercapai secara maksimal, komplikasi DM diawali dengan hiperglikemi (tinggi kadar gula darah) yang melebihi batas normal dan mengakibatkan komplikasi. “Jika penderita DM mengalami peningkatan kolesterol, maka akan mengganggu kerja insulin yang berfungsi menurunkan kadar gula darah dalam darah,” ujarnya.
Lanjut Yesi, penyakit DM membutuhkan pengobatan yang intensif untuk mengelola kadar gula darah. Selain terapi farmakologis, saat ini masyarakat sering mengkombinasikan terapi farmakologis dengan non farmakologis salah satunya adalah dengan mengkonsumsi olahan tanaman tradisional.
Yesi, menambahkan ada beberapa tanaman tradisional yang dapat menurunkan kadar gula darah dan kolesterol adalah ketumbar, kayu manis dan gula aren. Kayu manis dengan nama latin Cinnammomum zeylanicum, yang mengandung minyak atsiri, safrole, sinamaldehid, eugenol, tanin, flavonoid, saponin dan Methylhydroxy Chalcone Polymer (MHCP) yang bekerja seperti insulind dan berefek untuk menurunkan kadar gula dalam darah.
“Ketumbar Coriandrum Sativum dalam hal ini mengandung antioksidan yang berperan menurunkan kadar kolesterol, meningkatkan kesehatan jantung, serta menurunkan tekanan darah,” ujarnya.
Dari hal tersebut, Yesi selaku peneliti UNRI melakukan riset dan penelitian yang berhasil membuat teh herbal yang diberi nama “Kanium Tea” (Kayu Manis Ketumbar Tea) dalam bentuk saset.
“Dari hasil penelitian ini, saya memberikan kepada penderita DM dan hiperkolstrolemia selama 3 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata responden pada kelompok eksperimen mengalami penurunan kadar gula darah dan kadar kolesterol setelah mengkonsumsi Kanium Tea selama tiga hari dengan p value kadar gula darah 0,001 dan kadar kolesterol 0,012 (α < 0,05),” ungkapnya.
Hasil penelitian ini juga telah mendapatkan Hak Paten dengan nomor paten S00202006258, serta Produk ini juga memiliki nilai tingkat kesiap terapan (TKT) 8 dan Katsinov 3. Penelitian ini juga telah disosialisasikan dalam kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam bentuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Selanjutnya hasil penelitain ini akan dipasarkan agar masyarakat dapat menggunakannya sebagai obat non farmakologi dalam membantu menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. “Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penderita Diabetes Melitus dan Hiperkolesterolemia dan diharapkan dapat mencegah komplikasi DM,” harapnya. (wendi. ed: rion. foto: ist) ***