Kerjasama Badan Restorasi Gambut RI dengan Universitas Riau dalam Restorasi Lahan Gambut

unri.ac.id. Pemerintah Indonesia, melalui Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia (BRG RI), sangat serius dalam menurunkan angka titik api yang disebabkan oleh kebakaran lahan gambut pada musim kemarau. Hal ini terlihat telah dilakukannya berbagai upaya untuk penurunan titik api pada daerah yang memiliki lahan gambut. Diantara upaya yang dilakukan adalah dengan menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga dan universitas, baik nasional maupun internasional, untuk melakukan penelitian dan kegiatan restorasi lahan gambut.

Seperti baru ini, BRG melakukan Join Simposium bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, JICA, Hokkaido University, Kyoto University, Research Institute for Humanity and Nature (RIHN), Universitas Riau, Pemerintah Propinsi Riau, dan National Institutes of the Humanities (NIHU) di Jakarta dan Pekanbaru, 30 Mei sampai 1 Juni 2016.

Dalam simposium ini, BRG RI menggandeng 11 universitas untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran lahan gambut. Diantara universitas yang digandeng adalah Universitas Sriwijaya, Universitas Jambi, Universitas Riau, Universitas Tanjungpura, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Palangkaraya, Universitas Cenderawasih, Universitas Mulawarman, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor dan Universitas Sebelas Maret.

Kepala BRG, Nazir Foead, menyebutkan para pakar restorasi dari berbagai universitas ini dapat berbagi pembelajaran, informasi, dan kajian ilmiah terkait riset dan kegiatan seputar peningkatan tata kelola lahan gambut di Indonesia. “Kerjasama dengan universitas ini sengaja kita lakukan karena perguruan tinggi ini memiliki para peneliti gambut dan terletak di wilayah dengan lahan gambut terbesar dan masuk ke dalam perhatian utama BRG terkait penanganan lahan gambutnya,” ungkap Nazir.

Selain itu, tambah Nazir, universitas di daerah ini akan lebih paham dengan kondisi lahan gambut yang ada di daerah mereka. Dengan adanya pemikiran dari para peneliti universitas ini, kita berharap akan dapat mendorong perubahan sosial, sehingga restorasi dan pencegahan lahan gambut ini bisa ditanggulangi.

Di tempat yang sama, Deputi Penelitian dan Pengembangan BRG RI, Haris Gunawan, menyebutkan selain menggandeng 11 universitas, BRG juga menggandeng dua universitas dari Jepang, diantaranya Universitas Kyoto dan Universitas Hokkaido. Menurutnya kedua universitas ini akan membantu mengembangkan penelitian langsung di lapangan terkait teknik hidrologi lahan gambut sebagai upaya pencegahan kebakaran lahan saat musim kemarau.

“Dengan adanya kerjasama ini, maka riset inovasi dalam rangka restorasi dan pencegahan kebakaran lahan gambut bisa lebih optimal. Restorasi lahan gambut ini juga mencakup upaya pemulihan lahan yang telah rusak agar mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jadi, selain melestarikan gambut, ada juga nilai ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelas Haris yang juga merupakan Dosen Universitas Riau ini.

Universitas Riau (UR), sebagai salah satu universitas yang digandeng BRG RI dalam merestorasi lahan gambut, memiliki peran dalam mengembangkan penelitian serta pengabdian untuk mendorong perubahan sosial masyarakat. Hal ini disampaikan Rektor UR, Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA, saat Konferensi Pers di Hotel Aryaduta, Selasa (31/5).

“Universitas Riau memiliki pakar yang ahli di bidang gambut yang diharapkan akan mampu mengembangkan riset dalam upaya pelestarian gambut ini nantinya. Selain itu, sebagai implementasi dari restorasi gambut ini, pada akhir Juli 2016 nanti, kita (UR-red) akan mengirimkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) ke daerah-daerah yang memiliki lahan gambut seperti Kabupaten Meranti,” sebut Aras.

Selanjutnya, tambah Aras, mahasiswa KKN ini akan didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang ahli di bidang gambut. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa KKN ini nantinya akan dapat mendorong perubahan sosial masyarakat untuk dapat melestarikan gambut dan menjadikan gambut sebagai nilai ekonomi masyarakat. (mukmin/rizki/nurfatihayati) ***