unri.ac.id “Sejak beberapa bulan terakhir, kasus iritasi kulit, mata, dan saluran pernapasan akibat kabut asap dampak dari bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau makin bertambah. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) telah menunjuk Dekan Fakutas Kedokteran Universitas Riau (FK-Unri) sebagai penanggung jawab dalam penanggulangan asap Riau,” jelas Ketua Satuan Tugas (Satgas) FK Unri, dr Bayu Fajar Pratama kepada redaksi unrinews. Jumat, (20/9/2019).
FK Unri telah membentuk tim Satgas tanggap kabut asap Riau. Ada beberapa rencana aksi yang dirancang FK Unri dalam jangka pendek dan jangka panjang kedepan. Rencana jangka pendek ini, FK Unri akan mendistribusikan sebanyak 100 ribu masker dan untuk tahap pertama sebanyak 40 ribu masker yang akan didistribusikan ke daerah-daerah yang terkena dampak kabut asap dari Karhutla,” jelas Bayu.
Lebih lanjut, Bayu, menyampaikan Tim akan mendistribusikan masker surgical. “Kenapa masker surgical didistribusikan, Karena Tim telah mempelajari beberapa persolan yang dialami masyarakat terkait dengan keluhan iritasi wajah dan sesak karena ketat dalam aktifitas maupun luar aktifitas.”
“Selain lebih murah, masker surgical lebih nyaman dipergunakan karena tidak terlalu ketat, sehingga untuk masyarakat yang beraktifitas akan merasakan sesak atau kekurangan oksigen diakibatkan penggunaan dari masker tersebut,” terang Bayu.
Lebih lanjut, Bayu, menjelaskan dalam mendistribusi masker tim telah mendata daerah-daerah yang sangat membutuhkan akibat terpapar kabut asap. Oleh sebab itu, penyebaran masker ini akan lebih efektif di daerah-daerah dekat dengan titik api yang dapaknya lebih banyak dan paling tempat untuk didistribusikan.
Bayu menambahkan, tim juga akan bekerjasama dengan alumni-alumni FK yang bekerja di daerah-daerah lokasi pendistribusian masker. Nantinya, tim yang tersusun dari dosen dan mahasiswa akan dibagi untuk turun langsung ke daerah daerah tersebut untuk mendistribusikan masker tersebut, tidak hanya masker nantinya juga tim satgas akan bersosialisai soal kesehatan dan antisipasi terhadap kabut asap tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, tim akan mensosialisasikan alat bantu pernafasan Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter yang berfungsi lebih dari sekadar masker, yaitu alat yang berfungsi untuk masyarakat ketika beraktifitas diluar rumah maupun dalam rumah.
“Selain itu, masyarakat juga bisa membuat sendiri karena bahan yang digunakan mudah didapat. Biaya pembuatan SUNS ini sangat murah, per unitnya hanya berkisar antara 25 ribu sampai 30 ribu rupiah. Mudah-mudah, dengan adanya sosialisai kesehatan dan penjelasan tentang SUNS Portable Air Filter dapat menanggulangi pesoalaan dampak kabut asap yang ada di masyarakat, yakni hipoksia atau kondisi kekurangan oksigen akibat kabut asap dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh,” tutupnya. (wendi. foto: rizki) ***