Aksi Jangka Pendek dan Jangka Panjang Menyikapi Kualitas Udara

unri.ac.id Kabut asap akibat dampak dari bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Provinsi Riau membuat kualitas udara menjadi buruk. Fakultas Kedokteran Universitas Riau (FK-Unri) bekerjasama dengan Asosiasi  Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) menyediakan dan akan mendistribusikan sebanyak 100 ribu lembar masker kepada masyarakat Riau.

Dekan FK Unri Prof Dr dr Dedi Afandi DFM Sp FM (K), Kamis, (19/9.2019) di ruangan Pertemuan FK Unri, menyampaikan pendistribusian masker akan kita dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Selain pendistribusian masker ini, kita juga akan melakukan sosialisasi tentang penggunaan alat bantu pernafasan bernama Surgeons of UNS (SUNS) Portable Air Filter bekerjasama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS) kepada masyarakat.

“FK Unri mendapatkan amanah dari AIPKI sebagai koordinator dampak kabut asap Karhutla di Provinsi Riau. Dari permasalahan kabut asap ini, FK Unri membentuk satgas tanggap kabut asap yang terjadi saat ini. Ada beberapa rencana aksi yang telah dirancang FK Unri dalam jangka pendek dan jangka panjang kedepan. Rencana jangka pendek ini, AIPKI dan FK Unri akan mendistribusikan sebanyak 100 ribu masker dan untuk tahap pertama sebanyak 40 ribu masker.

Lebih lanjut FK Unri bersama FK UNS, pada melaksanakan kegiatan sosialisasi kesehatan di 12 Kabupaten Kota di Provinsi Riau dengan materi tentang hasil-hasil riset dari Fakultas Kedokteran kepada masyarakat. “Pada dasarnya, FK Unri akan berperan dalam mengatasi permasalahan kabut asap akibat dampak dari bencana karhutla sesuai dengan Tridarma Perguruan tinggi, melalui kegiatan medis tentang bagaimana dalam menanggulangi keluhan sesak napas dan lain sebagainya agar tidak terjadi,” terang Dedi.

Pada kesempatan yang sama, dr Andi Fittrani dosen FK UNS, menyebutkan selama ini warga di Riau yang terkena paparan asap dampak dari bencana Karhutla hanya menggunakan masker. Ternyata pemakaian masker tersebut belum maksimal membantu warga mengurangi paparan asap Karhutla tersebut.

FK UNS, juga mensosialisasikan alat bantu pernafasan SUNS Portable Air Filter yang berfungsi lebih dari sekadar masker, yaitu alat yang berfungsi untuk masyarakat ketika beraktifitas diluar rumah maupun dalam rumah.

Andi, menjelaskan bahan baku untuk membuat SUNS tidak mahal. Selain itu, masyarakat bisa membuat sendiri serta bahan yang digunakan mudah didapat, “Biaya pembuatan sangat murah, per unitnya hanya sekitar 25 ribu sampai 30 ribu rupiah,” katanya.

Alat bantu pernafasan SUNS Portable Air Filter mulai diciptakan tahun 2015 dan sudah dilakukan ujicoba tahun 2016 silam menghasilkan udara yang dihirup menggunakan alat ini lebih bersih dibandingkan dengan menggunakan masker biasa.

Dalam hal ini, Andi merinci bahan yang digunakan meliputi kain kristik, kain tipis, perekat lepas pasang, tali bis, tali elastis, filter akuarium, mika tebal, selang akuarium, bola plastik mainan, spons dan sarung tangan atau hand scoon. Sedangkan alat yang digunakan di antaranya plaster, spidol, gunting, cutter, penggaris, lem tembak atau lilin dan heckter.

“Mekanisme kerjanya alat ini, udara masuk ke kotak humidifier melewati filter depan yang dilembabkan dengan air dan detergen, sehingga berfungsi sebagai penyaring. Air dan detergen bekerja sebagai pengikat karbon atau penyaring sehingga udara yang masuk lebih bersih. Kemudian udara bersih di dalam kotak reservoir dihirup melalui selang dan melewati katup bagian bawah dari masker. Sedangkan udara yang dihembuskan dibuang melalui katup bagian atas dari masker dan keluar dari sistem one way valve sehingga tidak masuk ke dalam kotak reservoir,” jelasnya.

“Alat yang didesain seperti tas, kotak reservoir dipasang selang yang menghubungkan sampai hidung dan dapat dibawa kemana-mana oleh masyarakat,” tutupnya. (wendi. foto: rizki) ***

Sumber: HUMAS Universitas Riau
Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau
Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau
Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau
Sumber: HUMAS Universitas Riau