Unrinews. Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Universitas Riau melaksanakan Workshop Rancangan Pembelajaran Semester (RPS) dan Instrumen Evaluasi Pembelajaran 3 Dosa Besar (Kekerasan Seksual, Perundungan, dan Intoleransi) di lingkungan Universitas Riau (Unri).
Kegiatan dilaksanakan di Hotel The Zuri Pekanbaru, tanggal 6-7 Agustus 2024. Workshop diikuti oleh 127 Dosen Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) di lingkungan Unri, terdiri dari Dosen Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Kewarganegaraan, dan Agama..
Rektor Unri, Prof Sri Indarti SE MSi, yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Mexsasai Indra, SH MH, dalam sambutannya menjelaskan, bahwa dalam hal Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual ,yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 30 Tahun 2021 tentang PPKS, ada dua pendekatan yang dilakukan, yaitu Pendekatan bersifat Represif dan Preventif.
Untuk pendekatan yang bersifat Represif, memandatkan setiap Universitas untuk membentuk Satgas PPKS. Dan Unri sudah membentuk Satgas PPKS. Setiap aduan yang masuk sudah ditindaklanjuti.
“Sudah ada penjatuhan Sanksi, mulai dari sanksi ringan, sedang hingga sanksi berat. Baik Dosen maupun mahasiswa”ucapnya.
Lebih lanjut Mexasai Indra menjelaskan, Pendekatan yang kedua bersifat Preventif, yaitu dalam bentuk edukasi. Unri menerjemahkannya kedalam kurikulum, terutama untuk mata kuliah MKWK. Hal ini sejalan dengan Program Strategis Unri, yaitu menciptakan kampus Unri yang Nyaman dan Aman.
Pada Kesempatan itu, Ketua Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu (LPPMP) Unri, Dr Beli Nasution, menegaskan bahwa LPPMP sebagai pihak yang paling bertanggungjawab terhadap MKWK, akan mengevaluasi hasil dari workshop tersebut, yaitu RPS dan Instrumen Pembelajarannya. “Karena pertanggungjawabannya tidak hanya untuk dosen secara pribadi, juga Unri sebagai institusi” Ucap Beli Nasution.
Ketua Satgas PPKS Unri, selaku ketua panitia workshop, Dr Separen SH MH meyampaikan bahwa Unri memiliki komitmen yang kuat dalam mencegah terjadinya tindakan kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi bagi civitas akademikanya. Workshop ini merupakan terobosan baru, yaitu dengan memasukkan materi tentang 3 Dosa Besar (Kekerasan Seksual, Perundungan, dan Intoleransi) kedalam RPS.
“ini merupakan terobosan baru, Unri adalah kampus pertama di Indonesia, memasukkan Materi tentang 3 Dosa Besar kedalam RPS”ucapnya.
Separen menjelaskan, Kegiatan seminar dan workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada dosen dan tenaga kependidikan di Universitas Riau tentang pentingnya penyusunan RPS yang memperhatikan isu-isu kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi.
Selain itu, workshop juga bertujuan untuk menyusun instrumen evaluasi pembelajaran yang dapat mengukur pemahaman mahasiswa tentang isu-isu 3 Dosa Besar.
“Dengan adanya instrumen evaluasi yang baik, dosen dapat melihat hasil pembelajaran mahasiswa dan melakukan perbaikan jika diperlukan”Ungkap Separen.
Lebih lanjut Separen menyampaikan, Seminar dan workshop ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi dosen dan tenaga kependidikan di Universitas Riau. Dengan memahami isu-isu kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi, diharapkan mereka dapat lebih peka dan responsif terhadap masalah tersebut dalam lingkungan kampus.
Adapun Pembagian Materi 3 Dosa Besar kedalam Mata kuliah, yaitu Materi Kekerasan Seksual dimasukkan kedalam RPS MK Pendidikan Pancasila, Perundungan dimasukkan kedalam RPS MK Pendidikan Kewarganegaraan, dan materi Intoleransi dimasukkan kedalam RPS MK Pendidikan Agama.
Kegiatan Workshop hari pertama diisi oleh 2 (dua) Narasumber. Yang pertama, Ketua Asosiasi Kelembagaan dan Dosen (AKD) MKWK Seindonesia, Dr Arqom Kuswanjono MHum. Materi tentang RPS terkait 3 Dosa Besar (Kekerasan Seksual, Perunudungan/Bullying, Intoleransi).
Narasumber kedua, Penelaah Teknis Kebijakan Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemdikbudristek, Indra Budi Setiawan, SKom MPd. Materi tentang 3 Dosa Besar (Kekerasan Seksual, Perunudungan/Bullying, Intoleransi) di lingkungan Universitas Riau. (ms, foto:istimewa)***
