Teknologi Menjadi Faktor Pendukung Utama Globalisasi

unri.ac.id Tantangan pendidikan tinggi pada saat ini, pada tahun 2045 kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadi faktor pendukung utama globalisasi, membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Pada ruang partisipasi globalisasi di semua bidang, pendidikan memiliki nilai tersendiri untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif dan berkualitas, serta insfrastruktur yang kuat.

Demikian yang disampaikan Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Prof dr Ali Ghufron Mukti PhD pada kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Universitas Riau (Unri) Penganggaran Tahun 2020, Kamis (21/2/2019) di Labersa Grand Hotel dan Convention Center, Provinsi Riau.

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Lebih lanjut, Ghufron, mejelaskan Indonesia diprediksi menjadi negara maju pada tahun 2045 dan perekonomian terkuat nomor empat serta meningkatnya jumlah penduduk yang menimbulkan berbagai masalah. Terpaut hal tersebut, peran pendidikan tinggi ada dua hal antara lain knowledge dan inovation. Keberadaan universitas riset berbasis knowledge based economy tidak dapat ditawar lagi, berbeda dengan universitas berbasis pengajaran universitas riset tidak hanya memikul peran sebagai pertukaran ilmu pengetahuan yang sudah ada. Kedepannya, research university diarahkan untuk menjadi pabrik pengetahuan baru berbeda dengan teaching university yang berkonsentrasi menciptakan manusia siap kerja, universitas riset diarahkan menjadi produsen bagi manusia-manusia pencipta inovasi yang dapat mengembangkan perekonomian khususnya daerah.

“Tantangan pendidikan tinggi pada saat ini, pada tahun 2045 kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadi faktor pendukung utama globalisasi, membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Dalam partisipasi globalisasi di semua bidang, pendidikan memiliki nilai tersendiri untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif dan berkualitas, serta insfrastruktur yang kuat,” jelas Ghufron.

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Lebih lanjut, Ghufron, menjelaskan dalam menciptakan sumber daya yang inovatif dan adaptif terhadap teknologi, diperlukan penyesuaian sarana dan prasarana pembelajaran dalam hal teknologi informasi, internet, analisis big data dan komputerisasi. Perguruan tinggi yang menyediakan infrastruktur pembelajaran tersebut diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang terampil dalam aspek literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Terobosan inovasi akan berujung pada peningkatan produktivitas industri dan melahirkan perusahaan pemula berbasis teknologi, seperti yang banyak bermunculan di Indonesia saat ini.

Tantangan berikutnya, ungkap Ghufron, rekonstruksi kurikulum pendidikan tinggi yang responsif terhadap revolusi industri juga diperlukan, seperti desain ulang kurikulum dengan pendekatan human digital dan keahlian berbasis digital. Disain kurikulum ini berkenaan dengan persiapan dalam menghasilkan lulusan yang mampu beradaptasi dengan Revolusi Industri 4.0 sebagai satu cara yang dapat dilakukan Perguruan Tinggi untuk meningkatkan daya saing terhadap kompetitor dan daya tarik bagi calon mahasiswa. “Universitas hebat, kalau dosennya hebat, yaitu sesuai dengan visi misinya di perguruan tinggi maka terciptalah perguruan tinggi yang baik,” ungkap Ghufron. (wendi. foto: roger, rizki) ***