Knowledge Transfer Berkonsep Cinta Berlandaskan Falah

Aktivitas belajar mengajar secara tersistem maupun terprogram, dapat diketahui tingkat kesuksesannya melalui proses komunikasi yang terjalin antar pelaku aktivitas belajar mengajar, yakni mahasiswa dan dosen. Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara yang diajar (Mahasiswa) dengan yang mengajar (Dosen). Komunikasi yang optimal memiliki peran yang relatif besar dalam rangka peningkatan kualitas knowledge transfer, yang dilaksanakan oleh seorang dosen.

Knowledge transfer sebagai suatu proses, tidak hanya tergantung pada penguasaan materi pembelajaran oleh sang dosen. Seorang dosen yang tuntas menguasai materi pembelajaran belum menjamin keberhasilan proses belajar mengajar. Penguasaan materi pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang harus dipenuhi oleh seorang dosen. Seorang dosen supaya bisa mengajar secara lancar dan tidak membuat mahasiswa kebingungan disaat menghadapi suatu permasalahan adalah dengan cara melaksanakan komunikasi pembelajaran.

Kesuksesan proses belajar mengajar merupakan ukuran pencapaian tujuan dari aktivitas knowledge transfer dosen ke mahasiswa. Pada perinsipnya sukses adalah terpenuhinya seluruh kebutuhan dan keinginan baik dari sisi material maupun spiritual, jangka pendek (short run) maupun jangka panjang (long run). Untuk mencapai tujuan, maka seluruh aktivitas kehidupan dilandasi dengan falah yakni suatu kondisi keberuntungan jangka panjang baik dunia maupun akhirat, tampa hanya memandang sisi materinya saja bahkan lebih memprioritas sisi spiritualnya. Dengan demikian falah menjadi landasan perilaku mahasiswa dan dosen yang memiliki implikasi terhadap aspek perilaku individual (mikro) maupun agregat (makro).

Falah dalam konteks dunia dan akhirat dikatakan sebagai landasan yang multi dimensi. Dalam kehidupan duniawi falah memiliki 3 (tiga) pengertian yaitu: (a) kelangsungan hidup, (b) kebebasan berkeinginan, dan (c) kekuatan dan kehormatan. Sementara untuk kehidupan akhirat, falah memiliki 4 (empat) pengertian yaitu: (a) kelangsungan hidup yang abadi, (b) kesejahteraan yang abadi, (c) kemuliaan abadi, dan (d) pengetahuan abadi/bebas dari segala kebodohan (P3EI, 2012:2)

Terlaksananya knowledge transfer tidak hanya ditentukan oleh dua hal diatas yakni: (1) Penguasaan materi pembelajaran, dan (2) Pelaksanaan komunikasi pembelajaran, akan tetapi ditentukan oleh dua persyaratan untuk pencapaian transfer knowladge yang berkonsep cinta dan berlandaskan falah mewujutkan optimalisasi. Terdapat dua pihak yang berprilaku sebagai mahasiswa dan sebagai dosen. Dosen adalah pihak yang berkewajiban menyampaikan materi pembelajaran (knowledge transfer) sesuai dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS). Disini dosen memiliki tanggungjawab penuh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga dosen akan berusaha sesuai dengan kompetensi yang dimiliki agar dapat menciptakan berbagai konsep dasar untuk proses knowledge transfer. Dengan demikian mahasiswa dapat dengan mudah menerima dan menyerapnya. Mahasiswa merupakan pihak yang menerima materi pembelajaran sebagai isi dari proses pelaksanaan komunikasi pembelajaran. Selain dari itu mahasiswa harus dapat memposisikan dirinya sedemikian rupa, sehingga bisa menerima seluruh yang dikomunikasikan oleh dosennya.

Pencapaian knowledge transfer yang optimal dengan berkonsep cinta berlandaskan falah memerlukan dua persyaratan berupa:

Necessary Condition (Syarat Penting)

Dosen bersama mahasiswa secara berjamaah harus “Fokus” dalam proses transfer knowladge. Fokus dapat terwujud apabila: (a) Dosen dan mahasiswa mengawali aktivitas dengan memasang niat sesuai maksud dan tujuan dari aktivitas yang dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan Hadist yang berbunyi “Innamal A’malu Binniyat” dengan arti sesungguhnya amal perbuatan itu bergantung pada niatnya. (b) Benih niat yang sesuai dengan maksud dan tujuan aktivitas yang dilaksanakan haruslah benar dan ikhlas, dalam arti harus berkonsep cinta dan berlandaskan falah sehingga akan tersemailah di hati dosen dan mahasiswa. Benih niat yang benar dan ikhlas yang berkonsep cinta dan berlandaskan falah akan mudah tumbuh, subur, dan berkembang. Bertolak belakang dengan niat yang tidak mengandung konsep cinta dan tidak berlandaskan falah, tidak akan bisa tumbuh apalagi subur dan berkembang, sehingga dapat dipastikan sangat-sangat mudah untuk gagal fokus.

Sufficien Condition (Syarat Cukup)

Dosen bersama mahasiswa secara berjamaah harus “Disiplin”. Kata disiplin lazimnya dihubungkan dengan pelaksanaan aturan. Selain dari itu, juga yang terutama dan paling utama sekali adalah pemanfaatan waktu. Seorang dosen dikatakan disiplin jika melaksanakan tugas serta pekerjaan sesuai surat tugas dan mempertanggungjawabkan secara tepat waktu. Begitu pula halnya dengan mahasiswa, dikatakan disiplin jika masuk dan keluar kelas sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Misal: dalam pelaksanaan tugas mengajar (knowledge transfer), jika jadwal mengajar Pukul 07.30 WIB sampai dengan Pukul 10.00 WIB, maka seorang dosen harus melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal yang sudah di tetapkan, dimulai Pukul 07.30 WIB dan ditutup Pukul 10.00 WIB. Islam mengajarkan bahwa menghargai waktu lebih diutamakan. Hal ini sejalan denganĀ  Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-‘Asr [103] Ayat: 1-3 yang artinya: “Demi waktu, sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”

Dosen dan mahasiswa dalam menjalankan proses belajar mengajar (knowledge transfer), seharusnyalah kompak dimana keduanya merupakan satu paket dan satu tim, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dosen sebagai tauladan bagi mahasiswa, maka seharusnyalah dan sepantasnyalah seorang dosen menerapkan kedisiplinan dalam mengemban tugas. Satu paket serta satu tim antara dosen dan mahasiswa, analog dengan sekeping mata uang logam memiliki dua permukaan yang tak bisa dipisahkan. Apabila dipisahkan maka proses belajar mengajar tidak terealisasikan. Dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan knowledge transfer optimal dibutuhkan fokus, disiplin, dengan konsep cinta berlandaskan falah.

“Wassallam”