Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Kembangkan Teknologi Tepat Guna untuk Kesejahteraan Masyarakat

unri.ac.id “Pengumpulan ide dan perancangan tindakan nyata para mahasiswa perikanan tangkap se-Indonesia yang tergabung dalam HIMPATINDO (Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia-red), satu diantara kegiatan yang dilaksanakan adalah mengadakan kegiatan musyawarah nasional, serta dirangkaikan dengan kegiatan seminar nasional. Agenda kegiatan tersebut, merupakan agenda rutin yang diselenggarakan HIMPATINDO tiap tahunnya, dan pada tahun ini Universitas Riau (UR-red) yang ditunjuk sebagai tuan rumah.”

Demikian yang disampaikan Sekretaris Jenderal HIMPATINDO, Zahra Safitri di hadapan peserta Seminar Nasional dengan tajuk “Penggunaan Bahan dan Mekanisme Pembuatan Model serta Leminasi pada Kapal Nelayan” yang dilaksanakan di Aula lantai 4 gedung Rektorat UR, Rabu (8/11).

Lebih lanjut, Zahra, mengatakan HIMPATINDO merupakan sebuah himpunan persatuan mahasiswa perikanan tangkap se-Indonesia yang dibentuk pada 17 september 2006. Hingga saat ini, HIMPATINDO sudah beranggotakan tetap yang berasal dari 13 Perguruan Tinggi di Indonesia, termasuk UR.

“Pembentukan HIMPATINDO ini adalah untuk sarana dalam mengembangkan dunia perikanan tangkap di Indonesia. Pengembangan ini kita lakukan melalui pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, dimana menempatkan para mahasiswa perikanan tangkap se-Indonesia sebagai pelopor munculnya ide yang disertai dengan tindakan nyata,” jelas Zahra.

IMG_6893

Sumber : HUMAS Universitas Riau

“Pada hari pertama, kita telah melaksanakan seminar yang diisi oleh pemateri dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Dr Ady Chandra Spi MSi membawakan materi tentang teknologi tepat guna untuk membatu kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya pada hari kedua para peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional (LKTI) mempersentasikan hasil karya tulis imiahnya yang terbagi 5 kelompok. Selanjutnya pada hari ketiga, kita melaksanakan Seminar dengan tajuk “Pembangunan Bahan dan Mekanisme Pembuatan Model serta Leminasi pada Kapal Nelayan” yang disampaikan oleh Polaris Nasution ST MT Dosen FKP UR,” jelas Zahra.

Pada seminar ini, Polaris Nasution ST MT, menyampaikan bahwa kesulitan dalam memperoleh kayu sebagai bahan utama konstruksi kapal saat ini, merupakan ancaman keberlangsungan usaha galangan kapal tradisional dan kuantitas Kapal Nelayan. Begitu juga Kesulitan dalam perolehan bahan-bahan campuran fiberglass sebagai bahan utama kapal, seperti Resin serat MAT dan WR (Woven Roofing) disamping tipe dan karakteristik bahan untuk konstruksi kapal juga fluktuasi peningkatan harga yang seiring dengan kenaikan bahan bakar, serta isu larangan penggunaan bahan fiberglass yang berdampak terhadap lingkungan hidup.

“Beberapa fenomena yang ada terkait dengan keberlangsungan usaha galangan kapal tradisional dan kuantitas Kapal Nelayan, maka hal ini semakin mendorong saya untuk melakukan temuan dan kajian bahan alternatif sebagai solusi pengganti bahan fiberglass yang mudah diperoleh, ramah lingkungan, dan mudah diolah atau dioperasikan, serta memenuhi karakteristik propertis bahan yang layak digunakan sebagai bahan utama kapal nelayan dan kapal kecil sejenis,” terang Polaris.

IMG_6887

Sumber : HUMAS Universitas Riau

“Pengujian Mekanis dengan metode ASTM D-790 dan ASTM D 638 pada pengujian bending dan impak matrial laser komposit kain bekas , menghasilkan 124,4 MPa uji bending (124,86 MPa Syarat BKI), dan untuk uji impak 1,0 Newton. Sedangkan uji bending pada matrial komposit kain bekas yang digunakan sebagai konstruksi kapal 106,74 MPa. Perbandingan ujin bending dan impak pada komposit Beret kain bekas diperoleh kekuatan yang optimal dan tidak berbeda jauh dengan standar Klasifikasi kapal (BKI) sebagai bahan utama penibualan kapal dan bahan fiberglass,” ungkap Dosen FPK UR ini.

Lebih lanjut, Polaris, menegaskan penggunaan Serat bahan penguatan alternatif yang diaplikasikan pada kapal dengan ukuran panjang 7 meter dan lebar 1,3 meter ini hanya membutuhkan biaya pembualan badan kapal yang jauh lebih murah dan menghemat sekitar puluhan juta rupiah dibandingkan dengan kapal yang sama dari bahan utama fiberglass. “Selain dapat menurunkan biaya bahan utama dalam pembuatan kapal, kita juga dapat mengurangi produk limbah lingkungan yang tidak dapat terurai sebagai tindakan menjaga kesehatan,” terang Polaris dihadapan peserta Seminar.

Pada rangkaian seminar dihari ketiga ini, HIMPATINDO juga menyerahkan hadiah pada kepada pemenang LKTI. “Pada hari ketiga penyelenggaraan kegiatan ini yang dimulai sejak 6 hingga 8 November ini, kita juga menyerahkan kepada para pemenang LKTI tahun 2017. Kita berharap kerjasama antara Himpunan Mahasiswa Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau dan Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia ini, dapat memberikan manfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan peserta dalam bidang ilmu perikanan.

Pada acara ini, juga hadir peserta yang berasal dari luar daerah Riau, diantaranya mahasiswa dari Universitas Brawijaya Malang dan mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor. (wendi) ***