Unrinews. Riau memiliki lahan gambut yang sangat luas, yaitu kurang-lebih 4,9 juta ha atau sekitar 62% dari luas wilayah daratannya. Lahan gambut merupakan suatu bentuk lahan basah yang memiliki keunikan tersendiri, mengingat gambut merupakan material organik. Apabila lahan gambut dikeringkan dan di atasnya dilakukan pembakaran, maka gambutnya bisa ikut terbakar. Hal inilah yang menyebabkan kebakaran lahan gambut sulit dipadamkan.
Masyarakat Riau sudah lama tercekam dampak buruk kebakaran lahan dan hutan, termasuk kebakaran lahan gambut. Selama kurun waktu sekurang-kurangnya 20 tahun, yaitu antara 1998 hingga 2018, hampir setiap tahun terjadi kebakaran lahan gambut. Hal ini menimbulkan bencana kabut asap yang membuat berbagai sektor kehidupan terdampak, terutama sektor kesehatan masyarakat.
Peristiwa bencana beruntun tersebut mendorong Universitas Riau (UNRI) untuk membentuk Pusat Studi Bencana (PSB) pada tahun 2015 lalu. PS yang bernaung di bawah LPPM UNRI ini diberi amanah untuk mengkaji dan menemukan solusi bagi pencegahan atau setidaknya meminimalkan dampak negatif dari bencana yang ditimbulkan. Melalui kerjasama dengan berbagai pihak, antara lain BRG, KLHK, Universitas Kyoto, Universitas Yamaguchi, RIHN dan CIFOR, para dosen yang tergabung sebagai peneliti PSB bergiat mengkaji karakteristik ekosistem gambut dan perubahan-perubahan yang dipicu oleh deforestasi serta konversi dan drainasi lahan.
Mengingat gambut tidak bisa dipisahkan dari air, maka banyak kajian-kajian para peneliti PSB berhubungan dengan tema ini. Hasil-hasil riset PSB sudah banyak yang diperkenalkan, baik sebagai presentasi di berbagai forum nasional maupun internasional, maupun sebagai artikel jurnal ilmiah. Hasil-hasil riset ini sebagian bahkan sudah diserap oleh BRG (atau BRGM) untuk diterapkan dalam pengelolaan lahan gambut, terutama dalam upaya penjagaan kebasahan atau pembasahan ulang gambut. Hal ini selain menjadi strategi jitu untuk menekan kerentanan terbakarnya gambut, juga sekaligus mengurangi emisi karbon, yang diyakini sebagai pemicu perubahan iklim dunia.
Pada tahun 2023 lalu UNRI mengubah PSB menjadi PS Gambut dan Kebencanaan untuk lebih memfokuskan karakteristik wilayahnya beserta fenomena kebencanaan yang terkait. Bahkan kemudian PS ini dipromosikan sebagai Pusat Unggulan iptek (PUI Gambut dan Kebencanaan).
Setelah melakukan evaluasi yang cukup panjang pada tahun 2024 ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (DIKTIRISTEK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, memperoleh dasar yang meyakinkan untuk memberikan pengakuan terhadap kelayakan PS Gambut dan Kebencanaan sebagai sebuah “Pusat Unggulan Iptek” (PUI) atau “Center of Excellence” (CoE) di bidangnya. Dengan demikian, UNRI secara resmi menjadi rujukan dalam isu-isu yang berkaitan dengan gambut dan kebencancanaan.
Menurut Dr. Sigit Sutikno, koordinator PS Gambut dan Kebencanaan, penetapan PS ini sebagai PUI oleh DIKTI tentu saja sangat menggembirakan. Hal ini bermakna DIKTI siap memberikan dukungan dana bagi pengembangan penelitian dan kelembagaan lebih lanjut hingga tiga tahun ke depan. Meskipun demikian, lanjut Sigit, hal ini juga bermakna adanya tuntutan yang semakin berat untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas PUI yang dipimpinnya.
Dr. Haris Gunawan, yang merupakan salah satu pendiri sekaligus pernah menjadi koordinator PSB (2015-2016) dan salah satu Deputi BRG (2016-2021), menambahkan bahwa PUI ini berupaya mengembangkan pengelolaan ekosistem gambut secara berkelanjutan. Dalam hal ini, dikotomi antara lingkungan dan ekonomi harus diubah menjadi integrasi antara keduanya dalam bingkai ekonomi hijau. Haris menambahkan, potensi jasa-jasa lingkungan yang dimiliki ekosistem gambut sangat menjanjikan. Sebagai contoh, terdapat peluang besar untuk menawarkan jasa ekosistem gambut sebagai penyimpan karbon dalam perdagangan karbon dunia.
Prof.Dr. Mubarak, Ketua LPPM UNRI, yang diwawancarai secara terpisah menjelaskan arti penting dari pengakuan DIKTI terhadap apa yang telah dicapai melalui penelitian-penelitian yang cukup panjang oleh civitas academica universitas ini. Pengakuan ini akan membantu meningkatkan peringkat UNRI di antara universitas-universitas lain yang ada di negara ini.