Budidaya Ikan Patin Merupakan Potensi Usaha dengan Peluang Besar

unri.ac.id Suhemi, seorang pengusaha ikan patin desa koto mesjid, menyampaikan desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar merupakan desa binaan di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang yang dulunya sempat berada diambang kemiskinan. Namun, berkat dikembangkannya budidaya ikan patin di daerah tersebut, kemiskinan berubah menjadi cerita sukses.

Rektor Universitas Riau (Unri), Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA, Selasa (15/5) menyampaikan apresiasinya kepada Suhemi selaku pengusaha ikan patin yang dapat membangun kemajuan perekonomian desa sehingga jumlah pengangguran bisa dikatakan nol persen untuk di daerah Koto Mesjid.

Lebih lanjut, Rektor menyampaikan ini merupakan bukti potensi yang ada di porvinsi Riau yang masih banyak dikembangkan untuk kemajuan perekonomian daerah. “Ikan merupakan sumber protein yang murah, dan pada saat ini ikan merupakan lebih mahal dari pada ayam dan makanan lain, ini memberikan manfaat yang baik bagi pengusaha ikan yang dapat menjanjikan.”

Pada kunjungan Rektor Unri beberapa waktu lalu ke desa Koto Mesjid Kabupaten Kampar Pada kamis 10 Mei 2018 dalam rangka acara aksi penanaman pohon dan restoking di daerah PLTA Kabupaten Kampar, disambut oleh Suhemi pengusaha ikan patin desa Koto Mesjid.

IMG_1601

Sumber: HUMAS Universitas Riau

IMG_1669

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Suhemi merupakan alumni fakultas perikanan kelautan Unri yang tidak pernah lepas berbagi ilmu untuk memajukan dunia perekenomian khususnya dibidang usaha perikanan dan banayak mahasiswa dan daerah lain bahkan dari luar utuk mencari ilmu di kampung patin.

“Banyak kegiatan di desa ini dari kampus maupun daerah lain yang datang untuk belajar didesa ini untuk berbagi ilmu maupun bertukaran pikiran utuk memajukan usaha perikanan’. Warga Desa Koto Mesjid awalnya merupakan warga relokasi dari kawasan yang sekarang menjadi PLTA Koto Panjang. Pada tahun 1992, sebanyak lima desa di kawasan ini ditenggelamkan untuk membangun waduk PLTA,” ujar Suhemi.

“Akhirnya, masyarakat pindah menuju desanya yang sekarang. Tahun 1995-1998 desa ini berada diambang kemiskinan. Penyebabnya, uang ganti rugi yang didapat masyarakat untuk pindah ke desa yang baru hampir habis. Sementara kebun karet yang didapat sebagai bagian ganti rugi belum menghasilkan,” ungkapnya

Lebih lanjut, Suhemi menyampaikan muncullah naluri untuk berbudidaya ikan. Yang disebabkan, di desa yang lama penduduk juga sangat terbiasa dengan ikan. Diawali dengan beberapa kolam ikan di Koto Mesjid. Beberapa jenis ikan coba dibudidayakan seperti Nila, Lemak dan Mas. Namun, saat itu masih dikelola secara tradisional.

IMG_1659

Sumber: HUMAS Universitas Riau

IMG_1606

Sumber: HUMAS Universitas Riau

“Sampai kemudian masuk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Marpoyan, Pekanbaru membawa teknologi budidaya perikanan di kampung ini. Awalnya, banyak kesulitan yag dihadapi masyarakat dalam mengembangkan budidaya ikan yang disebabkan harga pakan dan benih yang mahal. Perlahan, setelah teknologi budidaya diterapkan barulah harga benih dan pakan turun. Bahkan, ketika itu pula Riau bisa memproduksi benih sendiri.”

Suhemi, menyampaikan Potensi perikanan di Koto Mesjid memberikan dampak yang luar biasa bagi kemajuan desa ini, dengan hasil produksinya sepuluh sampai dua belas ton perhari bisa dihasilkan oleh desa ini. “Potensi besar di bidang perikanan ini, membuat masyarakat Desa Koto Mesjid mampu bebas dari ancaman pengangguran. Seluruh masyarakat di sini berhasil diserap oleh budidaya perikanan. Hal ini jelas memberikan dampak ekonomi yang luar biasa bagi Kampung Patin.”

Lebih lanjut, Suhemi, menyampaikan tak hanya berhasil dengan ikan segar, masyarakat di desa ini kini juga telah mampu memproduksi berbagai olahan dari ikan Patin. Sebut saja Ikan Asap atau Salai, Nugget Ikan, Bakso Ikan dan Abon Ikan. Bahkan, desa ini telah mempunyai sentra pengolahan ikan sendiri, dan bahkan pembuatan pakan sendiri. (wendi.foto:haris) ***