Unrinews. Tim pengabdian Universitas Riau (UNRI) melalui kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Kepenghuluan Bagan Batu Melalui Pengolahan Sampah Organik Pasar Tradisional Bagan Batu Menjadi Eco Enzyme dan Sabun Eco Enzyme, Chairul ST MT, menjelaskan pentingnya memanfaatkan sampah organik menjadi bahan yang bernilai jual. Ini dapat dilakukan dengan mengubah sampah tersebut menjadi “eco enzyme” dan “sabun Eco Enzyme. Hal ini disampaikan Chairul, Sabtu (17/8/2024) saat dijumpai redaksi di Kampus UNRI.
Chairul ST MT, menjelaskan pengertian Eco Enzyme adalah larutan zat organik kompleks yang dihasilkan melalui proses fermentasi sampah organik dengan komposisi bahan atau sampah organik, gula, dan air selama 90 hari dengan kondisi tanpa udara (anaerobik). ”Larutan atau cairan Eco Enzyme berwarna coklat gelap dan beraroma asam segar yang kuat. Warna dan aroma Eco-Enzyme sangat bergantung pada jenis bahan yang digunakan.”
Selaras dengan yang disampaikan Chairul, Prof Dr Juliati Br Tarigan Si MSi bagian dari tim pengabdian dosen asal Universitas Sumatra Utara (USU), menyampaikan karakteristik Eco-Enzyme yang baik adalah memiliki pH di bawah 4,0. Beraroma asam segar, tidak terkontaminasi, khusus untuk pengobatan sebaiknya berusia enam bulan sejak tanggal awal pembuatan. Khusus untuk pertanian, sebaiknya nilai TDS di atas 5.000 ppm.
Kegiatan pengabdian ini, jelas Chairul, dilakukannya sebagai dosen UNRI bersama dengan Tim yang terdiri dari Dosen USU Prof Dr Juliati Br Tarigan Si MSi, Dr Ir Nurzainah Ginting MSc, Eko Komelius Sitepu PhD, serta melibatkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) UNRI melalui kegiatan dalam bentuk sosialisasi dan praktek dengan tema Pemberdayaan Masyarakat Kepenghuluan Bagan Batu Melalui Pengolahan Sampah Organik Pasar Tradisional Bagan Batu Menjadi Eco Enzyme dan Sabun Eco Enzyme pada Selasa 30 Juli 2024 lalu di Kepenghuluan Bagan Batu Rokan Hilir.
Pada kegiatan itu, ujar Chairul, Adnursyaf AMd, selaku Penghulu Kepenghuluan Bagan Batu Kabupaten Rokan Hilir, dalam sambutannya membuka acara sosialisasi dan praktek tersebut di kantor Kepenghuluan Bagan Batu, yaitu dengan sampah organik seperti sayuran dan buah-buahan yang berasal dari pasar tradisional sering terabaikan.
”Mari kita bersama-sama memanfaatkan sampah organik menjadi bahan yang bernilai jual. Sekarang sudah waktunya di zaman teknologi ini, mengajak masyarakat mengembangkan sumber daya manusia. Di samping pendapatan pokok, ini bisa menjadi penghasilan tambahan,” ujar Adnursyaf. (rls. foto: ist) ***