www.unri.ac.id – Gedung Sutan Balia FISIP UR dipenuhi oleh 700 mahasiswa yang berdatangan dari berbagai fakultas di Universitas Riau. Mahasiswa yang mayoritas adalah mahasiswa yang tengah mempersiapkan diri untuk Kuliah Kerja Nyata (Kukerta) tersebut serius mengikuti Kuliah Umum yang mengambil judul “Solusi Tuntas Riau Bebas Asap pada Senin (28/4).
Acara yang ditaja oleh Satgas STBA (Solusi Tuntas Bencana Asap) Universitas Riau dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menghadirkan Deputi BNPB dan Rektor UR Profesor Ashaluddin Jalil, MS sebagai moderator acara.
Kuliah Umum kali ini merupakan permulaan dari rangkaian acara Seminar Nasional tentang Solusi Tuntas Riau Bebas Asap yang akan diselenggarakan pada Selasa hingga Rabu Tanggal 28 – 29 April 2014 di Hotel Pangeran Pekanbaru.
Dalam sambutan Ketua Panitia, Dr. Haris Gunawan yang juga sebagai Sekretaris Satgas STBA UR menyampaikan bahwa kejadian kebakaran hutan yang menyebabkan asap di Riau pada khususnya harus menjadi perhatian khusus semua kalangan, dalam kaitannya dengan Kukerta yang akan diadakan oleh UR di lima daerah yakni Kabupaten Siak, Meranti, Pelalawan, Bengkalis dan Dumai. Mahasiswa diharapkan berperan nyata.
“Ini hendaknya menjadi agenda utama dalam Kukerta tahun ini. Mahasiswa harus lebih berperan aktif tidak hanya dalam best online casino sosialisasi tetapi juga turun langsung ke masyarakat serta memberikan pengarahan dalam pencegahan dan penanganan bencana asap.” Ucap Haris Gunawan dalam kata sambutannya.
Hadir menjadi Moderator, Rektor UR, Prof. Ashaluddin Jalil, MS yang juga berulang kali menekankan pada mahasiswa yang hadir dengan menjelaskan bahwa ekualibrium yang tidak seimbang akibat ulah manusia penyebab terjadinya bencana asap.
“Jangan sampai bencana asap ini lagi-lagi menjadi bencana tahunan di provinsi kita ini. Jadikan solusi yang kita bicarakan hari ini sebagai pegangan kalian para mahasiswa dalam Kukerta tahun ini. “ jelas Rektor UR.
Tampil sebagai pembicara perwakilan dari Kepala BNPB, Tri yang merupakan Deputi BNPB. Beliau menjelaskan dan memaparkan bahwa 70 persen kebakaran terjadi di luar kawasan hutan (Data hotspot NOAA 2002 – April 2014). Kerugian yang dialami akibat karhutla di Riau tahun 2014 lebih dari 15 Triliun, 2.398 Ha Cagar biosfer terbakar, 21.914 Ha lahan terbakar, 58.000 orang menderita ISPA, sekolah-sekolah diliburkan dan biaya pengendalian sebanyak 15 Miliar Rupiah.
“Jangan salahkan alam karna 99 Persen kesalahan ada pada manusia. Bencana asap yang terjadi jelas-jelas akibat dibakar oleh pihak-pihak tertentu. Solusinya adalah penegakan hukum atas pembakaran lahan, bagi mahasiswa dapat mensosialisasikan di kawasan Kukerta-nya tentang bencana asap dan dapat memberikan desakan kepada pemerintah setempat khususnya Gubernur agar lebih cepat tanggap dalam penyelesaian bencana asap ini” ungkap Deputi BNPB dalam mata kuliahnya.
Ada empat persepsi bencana yang ditawarkan oleh BNPB dalam penanggulangan bencana asap, yakni Bencana asap merupakan peperangan, bencana sebagai produk dari kerentanan, bencana sebagai sebuah krisis dan penuh dengan ketidakpastian serta bencana asap sebagai produk sosiopolitik ekologi. Acara berlangsung hingga siang disertai dengan diskusi dan tanya jawab antara mahasiswa dan pembicara serta penyerahan plakat dari UR kepada BNPB.**(Hizra BPTIK)