unri.ac.id Pada tahun 2020 lalu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Program Kebijakan Kampus Merdeka-Merdeka Belajar. Program ini memberikan peluang kepada mahasiswa yang berminat untuk belajar tiga semester di luar kampus dengan sistem satu semester belajar diluar Program Studinya (Prodi), satu semester belajar kampus lain dan satu semester belajar di luar kampus baik di dunia industri, masyarakat maupun di badan pemerintahan BUMN, dan lain sebagainya.
Rektor UNRI Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA, pada penyambutan mahasiswa peserta inbound Program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara-Sistem Alih Kredit (Permata-Sari) Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri (BKS-PTN) Wilayah Barat tahun 2021 melalui daring (Dalam Jaringan), Kamis (11/2/2021), menyampaikan kegiatan ini merupakan implemetasi dari program yang telah dirancang serta diikuti secara bersama. Program Permata-Sari ini merupakan suatu wujud dari implementasi kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud-RI).
“Program Permata-Sari ini merupakan satu diantara bentuk program pertukaran mahasiswa antar Perguruan Tinggi yang memberikan peluang untuk belajar di luar kampus, yang diinisiasi oleh Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat. Pada tahun ini, UNRI menyediakan sepuluh Prodi serta sepuluh mata ajaran untuk Program ini. Tentu kedepan akan kita kembangkan lebih luas kembali dengan rencana membuka seluruh Prodi yang ada di UNRI dengan menampilkan ciri khas yang ada, baik dari kontennya serta kepakaran dari para dosen yang mengampu mata ajaran tersebut,” jelas Rektor UNRI.
Dari kekhasan yang ada, baik materi perkuliahan baik kepakaran dari dosen UNRI ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa untuk materi kompetensi tertentu di UNRI. Pada tahun ini dengan kepakaran dan materi kuliah yang disediakan para mahasiswa dari 21 PTN yang ada diwilayah Barat ini telah memilih UNRI sebagai pemilihan program Permata-Sari dengan total 126 mahasiswa, ujar Guru Besar Perikanan UNRI ini.
“Mari kita manfaatkan Program Permata-Sari ini sebagai wadah pertukaran mahasiswa yang tergabung PTN-BKS wilayah Barat terutama mahasiswa peserta inbound yang telah tergabung program Permata-Sari di UNRI dapat beradaptasi serta menjalin komunikasi walaupun perkuliahannya secara daring,” urai Aras.
Dengan adanya Pogram Permata-Sari ini, siswa harus diberikan kemerdekaan belajar untuk bisa lebih meningkatkan kualitas mereka. Merdeka belajar merupakan suatu filsafat bahwa di dunia sekarang dan yang akan datang, (pembelajaran-red) keseragaman bukan suatu hal yang dapat meningkatkan kualitas. Jadi kita mencoba sesuatu yang baru, kita harus mencoba membuat organisasi-organisasi pendidikan Indonesia menjadi kreatif, inovatif, dan kolaboratif kata Aras.
“Dalam hal ini (porgram Permata-Sari-red), tugas serta peran perguruan tinggi dalam pembentukan program ini adalah untuk membentuk watak dan peradaban bangsa dengan cara menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM-red) yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab,” tutupnya.
Diakhir kegiatan, penyelenggaran program Permata-Sari yang ada UNRI, memperkenalkan mata kuliah serta tim pengajar serta sitem perkuliahan dengan mekanisme perkuliahan kepada peserta. (wendi. ed: rion. foto: repro) ***