unri.ac.id Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Prof Mohamad Nasir PhD Ak meresmikan Gedung Program Studi (Prodi) D3 Teknologi Pulp dan Kertas serta memberikan kuliah umum dihadapan peserta undangan dan mahasiswa Unri, dengan tajuk “Peran pendidikan tinggi era industri 4.0”, Selasa (29/1) di Kampus Bina Widya Unri, Simpang Baru Panam, Pekanbaru.
Pada penyampaian materinya, Menristekdikti, menyampaikan apresiasi terhadap Unri yang telah bersama dengan Tanoto Foundation dan PT RAPP untuk mendirikan Prodi baru yang dapat memberikan keberkahan khususnya bangsa Indonesia dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). “Pada kesempatan ini, kami menyampaikan apresiasi kepada Unri yang telah menginisiasikan berdirinya Prodi ini . Ini merupakan Prodi satu-satunya yang ada di Indonesia dan semoga ini bisa menyumbangkan kewarga Indonesia yang akan menggeluti pulp dan kertas.”
“Dalam menyikapi distrative inovasion kedepan, kita dianjurkan melakukan inovasi-inovasi baru. Ristekdikti, dalam hal ini telah mengeluarkan peraturan menteri terkait persoalan nomenklatur pendirian Prodi baru. Dimana dahulunya, pendirian Prodi harus diatur oleh Kementerian dan diluar nomenklatur tidak boleh dibuka. Dalam hal ini perkembangan ilmu pengetahuan terus meningkat pesat peraturan harus di cabut sepanjang masih ada usernya,” ungkapnya.
“Prodi Teknologi Pulp dan kertas ini adalah inovasi yang baru khususnya di Riau. Kedepannya kita berharap akan adanya pengembangan dari Prodi ini menjadi dua bidang, bisa dibidang plup atau dibidang kertas. Oleh karena itu kehadiran Prodi pulp dan kertas bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat,” jelas Menristekdikti.
Sumber: HUMAS Universitas Riau
Sumber: HUMAS Universitas Riau
Lebih lanjut, Menristekdikti, menyampaikan pogram pulp dan kertas di design oleh kementerian dengan peraturan baru dengan model pogram studi terbuka, dimana mahasiswa pada tahun pertama, kedua, ketiga harus di tentukan tingkat kompetensi yang dicapai, agar ketika tamat mahasiswa lebih cepat dikejar oleh perusahaan dan instansi. “Dalam peraturan ini juga dianjurkan dosen ahli dari industri sebanyak 50 persen yang betul-betul di bidangnya agar lulusan tersebut dapat dimanfaatkan oleh industri. Dalam hal ini paling penting menghadapi era revolusi industri 4.0 membangun pemikirian kepada masyarakat dalam hal peningkatan kompetensi dalam hal bidang tertentu untuk kemajuan kebutuhan industri tersebut,” jelas Menteri.
Dengan perkembangan zaman, di butuhkan tenaga kerja yang berkopeten dan ini masih kurang dan perlu dikawal bersama-sama untuk meningkatkannya untuk kebutuhan dan kemajuan kedepan. “Menghadapi era revolusi industri 4.0, peran pendidikan tinggi menjadi sangat penting, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, pendidikan tinggi yang berbasis riset harus mendorong semakin terbukanya pengetahuan yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia,” terang Menteri.
Kehadiran Era Revolusi Industri 4.0 telah mengubah paradigma masyarakat dunia hari ini, tuntutan untuk semakin meningkatkan inovasi disegala bidang terus menguat. Berbagai teknologi untuk menggantikan peran manusia di bidang industri semakin bermunculan. Hal itu menurut Menristekdikti memunculkan tantangan agar manusia zaman kini harus bisa terus beradaptasi dengan perubahan zaman.
“Di satu sisi, revolusi ini telah mengubah ciri dan cara lama dalam banyak aspek kehidupan. Di sisi lain, revolusi ini menjadi tantangan yang harus dijawab oleh pendidikan tinggi. Kekuatan pendidikan tinggi terdapat pada riset. Tuntutan riset yang dikeluarkan oleh pendidikan tinggiharus mendapat pengakuan internasional.untuk menjaga marwah pendidikan tinggi di Indonesia agar senantiasa terjaga kualitas dan integritasnya. Pendidikan itu tidak semata-mata meraih gelar, tetapi ada yang harus dicari ilmunya, harus ilmu yang aplikatif dan bisa dipertanggungjawabkan dan bermanfaat,” katanya.
Sumber: HUMAS Universitas Riau
Menteristekdikti, juga mengatakan saat ini yang menjadi tugas besar pemerintah adalah menyediakan pintu yang selebar-lebarnya agar lebih banyak masyarakat yang bisa meraih pendidikan tinggi. Dengan begitu, kualitas sumber daya manusia dapat semakin kompetitif untuk menjawab kebutuhan zaman.
“Semakin banyak orang yang bisa mengakses pendidikan tinggi, tentu semakin baik. Ada banyak gagasan yang dikemukakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi untuk mengoptimalkan pendidikan, berupa pembangunan universitas siber yang dipersiapkan untuk pembelajaran dalam jaringan (daring). Melalui metode ini, masyarakat diharapkan bisa memperoleh peluang lebih besar dalam mengakses pendidikan tinggi. Saat ini, Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi baru 31,5%,” terang Nasir.
“Permasalahan sekarang ini, juga dosen tidak lagi dalam perkuliahan membawa buku dan corat coret di papan tulis. Dosen harus mempunyai kompetesi di bidang literasi ilmu teknologi dan juga harus meberikan softkill terbaik kepada mahasiswa dan inovasi. Dosen juga bisa mengambil peran dengan mahasiswa, “jangan menakut-nakuti mahasiswa” dan ini sering terjadi dalam hal ini dosen harus memiliki tugas dengan fashion terbaru untuk memotifasi mahasiswa menghadapi revolusi industri ini,” ujar Menristekdikti. (wendi.foto:rizki,mukmin) ***