Solusi Permanen Bencana Asap

unri.ac.id Sebagai bentuk solusi dalam penyelesaian bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang khususnya terjadi di Provinsi Riau, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Republik Indonesia (BNPB-RI) bersama Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) RI, Gubernur Riau, Rektor Universitas Riau (Unri), dan Presiden Mahasiswa Unri menyampaikan materi dalam kuliah umum dengan tema “Solusi Permanen Bencana Asap,” di Gedung Aula Sutan Balia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unri, Selasa (5/11/2019).

Rektor Unri Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA, menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah menunjukkan kepedulian terhadap bencana asap yang menimpa Provinsi Riau beberapa waktu lalu. Dengan adanya kejadian Karhutla yang terjadi di tahun 2019 ini cukup mengkhawatirkan mengingat sejumlah desapun bertambah menjadi rawan terjadinya bencana.

“Hadirnya narasumber yang kompeten yang memiliki peran penting dalam pengendalian dan penanggulangan bencana asap, diharapkan dengan adanya solusi dan pengendalian yang efektif lagi, dihatapkan bencana asap ini tidak akan terjadi lagi,” harap Rektor.

“Sebagai kalangan akademisi, kita juga berperan bagaimana mengajak masyarakat secara persuasif untuk tidak membakar lahan, selain itu di akademisi juga memiliki dosen-dosen peneliti yang akan melakukan penelitian dalam pengendalian lahan dan hutan agar kebakaran ini bisa dihindari,” ungkap Rektor.

“Berkenaan dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan ini, Unri melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) melakukan serangkaian riset, serta aksi nyata yang dilakukan melalui pelaksanaan program kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan tema pencegahan karhutla berbasis masyarakat, termasuk kegiatan restorasi gambut di seluruh Kesatuan Hidrologis Gambut  (KHG) sebagai solusi utama karhutla di Riau,” urai Guru Besar Bidang Perikanan dan Kelautan ini menjelaskan.

Lebih lanjut, secara rutin dalam upaya mencegah terjadinya bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, mahasiswa yang tengah melaksanakan KKN dilibatkan dalam KKN Tematik di beberapa Kabupaten Kota yang berpotensi dalam bencana kebakaran hutan dan lahannya yang besar. “Setiap tahun, pelaksanaan Program KKN Unri menggunakan tema penanggulanan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Hal ini kita lakukan sejak tahun 2015 bahkan melalui KKN Kebangsaan seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia,” terang Rektor.

Senada dengan rektor Unri, Gubernur Riau Drs Syamsuar MSi, menyampaikan pemerintah Provinsi Riau tengah melakukan pemetaan daerah rawan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karlahut) di Riau. Hasil pemetaan sementara di Riau ada 75 kecamatan 188 desa di Riau masuk daerah rawan Karthutla.

“Selain melakukan pemetaan Kecamatan dan desa rawan bencana, Pemprov Riau melakukan inventarisasi terhadap perizinan perkebunan dan penguasaan hutan di Riau. Dengan kebijakan satu peta ini, kedepan kita bisa mengetahui berapa izin HGU di Riau, berapa perkebunan tidak punya HGU serta berapa tidak membayar pajak,” ujarnya.

Gubernur meminta masyarakat agar tidak lagi membuka lahan perkebunan dengan cara membakar. Sebab dampak yang ditimbulkan akibat Karlahut berdampak sangat luas.

Kepala BNPB RI Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, menyatakan, untuk mencegah agar persoalan Karhutla di masa akan datang, perlu komitmen semua pihak, dan tanpa membebankan tanggung jawab kepada pemerintah saja. “Perlu adanya komitmen bersama agar Karhutla ke depan tak lagi terjadi. Peran mahasiswa sangat penting dalam membantu mengubah perilaku masyarakat,” kata Doni.

Diantara langkah yang diupayakan dalam langkah pencegahan Karlahut, dengan membuat skat kanal, embung pada daerah gambut yang berpotensi terjadi Karhutla melalui Badan Restorasi Gambut (BRG), terutama ketika musim kering yang terjadi di Riau. Bahkan gambut di Riau ini ada yang memiliki kedalaman mencapai 20 meter lebih, karena itu, kodrat gambut yakni basah, berair harus tetap berjalan. Jika kering, maka potensi kebakaran ketika musim kering sangat rentan terjadi Karlahut. “BRG berupaya mengembalikan itu, di antaranya dengan membuat skat-skat kanal agar gambut tetap basah dan berair,” tutupnya. (wendi. mukmin. foto: rizki. roger) ***

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau

Sumber: HUMAS Universitas Riau